KATA
PENGANTAR
Puji syukur Saya penjatkan kehadirat Allah SWT, berkat
rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan waktu yang telah
ditentukan. Sholawat beserta salam senantiasa saya sanjungkan kepada Nabi
Muhammad SAW berkat pengorbanan dan sifat kepemimpinan beliaulah Islam ada
sampai saat ini dan menjadi agama yang paling diridhoi Allah. Adapun makalah ini
berjudul “Manajemen Kepemimpinan”. Penulisan makalah ini merupakan salah
satu tugas yang diberikan oleh Dosen Wing Wisanggeni, M.T.I. Sebagai
salah satu tugas yang diharapkan dapat membangun jiwa kepemimpinan pada kita
semua dan khususnya diri saya pribadi sebagai penyusun makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini saya merasa masih
banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan
kemampuan yang saya miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat
kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini kami menyampaikan
ucapan terima kasih kepada bapak dosen Wing Wisanggeni dan
teman-teman yang telah memberikan tugas dan motivasi dalam pembuatan makalah
ini sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini.
Bandar
Lampung, 16 Maret 2014
Penyusun
Sobirin
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam suatu organisasi selalu melibatkan beberapa
orang yang saling berinteraksi secara intensif. Interaksi tersebut disusun
dalam suatu struktur yang dapat membantu dalam usaha pencapaian tujuan bersama.
Agar pelaksanaan kerja dalam organisasi dapat berjalan sebagaimana mestinya
maka dibutuhkan sumber seperti perlengkapan, metode kerja, bahan baku, dan
lain-lain. Usaha untuk mengatur dan mengarahkan sumber daya ini disebut dengan
manajemen. Sedangkan inti dari manajemen adalah kepemimpinan (leadership)
(Siagian, 1980)
Upaya membangun keefektifan pemimpin terletak
semata pada pembekalan dimensi keterampilan teknis dan keterampilan konseptual.
Adapun keterampilan personal menjadi terpinggirkan. Padahal sejatinya
efektifitas kegiatan manajerial dan pengaruhnya pada kinerja organisasi, sangat
bergantung pada kepekaan pimpinan untuk menggunakan keterampilan personalnya.
Keterampilan personal tersebut meliputi kemampuan untuk memahami perilaku
individu dan perilaku kelompok dalam kontribusinya membentuk dinamika
organisasi, kemampuan melakukan modifikasi perilaku, kemampuan memahami dan
memberi motivasi, kemampuan memahami proses persepsi dan pembentukan komunikasi
yang efektif, kemampuan memahami relasi antar konsep
kepemimpinan-kekuasaan-politik dalam organisasi, kemampuan memahami genealogi
konflik dan negosiasinya, serta kemampuan mengkonstruksikan budaya organisasi
yang ideal.
Upaya membangun keterampilan personal tersebut
selaras dengan perkembagan kekinian rumpun kajian Organizational Studies (Teori
Organisasi, Perilaku Organisasi, Manajemen SDM, dan Kepemimpinan), yang
menemukan kontekstualisasinya dalam semangat pendekatan human relations.
Organisasi birokrasi publik pun idealnya tidak terlepas dari arah perkembangan
ini. Dalam hal ini, paradigma organisasi birokratik-weberian yang berkarakter
(terlalu) impersonal dan dingin, mendapatkan tantangan serius dari paradigma
post-birokrasi yang lebih humanis
Kreativitas penting bagi pengambil keputusan, hal
ini memungkinkan pengambil keputusan untuk lebih sepenuhnya menghargai dan
memahami masalah, termasuk melihat masalah-masalah yang tidak dapat dilihat
orang lain, namum kenyataannya banyak pemimpin dalam pengambilan keputusan
tidak memperhatikan perilaku pemimpin yang baik. Ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan agar kepemimpinan dapat berperan dengan baik, antara lain:
1.
Yang menjadi dasar utama dalam efektivitas
kepemimpinan bukan pengangkatan atau penunjukannya, melainkan penerimaan orang
lain terhadap kepemimpinan yang bersangkutan
2.
Efektivitas kepemimpinan tercermin dari
kemampuannya untuk tumbuh dan berkembang
3.
Efektivitas kepemimpinan menuntut kemahiran untuk
“membaca” situasi
4.
Perilaku seseorang tidak terbentuk begitu saja,
melainkan melalui pertumbuhan dan perkembangan
5.
Kehidupan organisasi yang dinamis dan serasi dapat
tercipta bila setiap anggota mau menyesuaikan cara berfikir dan bertindaknya
untuk mencapai tujuan organisasi.
B. Rumusan Masalah
Pada makalah ini penulis akan membahas masalah :
1. Peran kepemimpinan
2. Hakekat pengambilan keputusan
3. Peran kepemimpinan dalam pengambilan keputusan
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut
:
1. Untuk mengetahui
peran kepemimpinan
2. Untuk mengetahui
hakekat dalam pengambilan keputusan
3. Untuk mengetahui
peran kepemimpinan dalam pengambilan keputusan
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut George R. Terry “Leadership/Kepemimpinan
adalah kegiatan-kegiatan untuk mempengaruhi orang orang agar mau bekerja sama
secara sukarela/ Ikhlas untuk mencapai tujuan bersama”.
Dalam pengertian lain menyebutkan Kepemimpinan
adalah adalah proses mempengaruhi aktivitas-aktivitas sebuah kelompok yang
diorganisasi ke arah pencapaian tujuan. Dalam pengertian lain juga disebutkan
bahwa kepemimpinan adalah kemampuan dan keterampilan seseorang yang menduduki
jabatan sebagai pimpinan satuan kerja untuk mempengaruhi orang lain, terutama
bawahannya, untuk berfikir dan bertindak sedemikian rupa sehingga melalui
perilaku yang positif ia memberikan sumbangan nyata dalam pencapaian tujuan
organisasi. Sedangkan pengertian peran adalah perilaku yang diatur dan
diharapkan dari seseorang dalam posisi tertentu. Jadi dari keterangan di atas
dapat disimpulkan bahwa peranan kepemimpinan adalah seperangkat perilaku yang
diharapkan dilakukan oleh seseorang sesuai kedudukannya sebagai seorang
pemimpin.
Beberapa peran/fungsi kepemimpinan adalah sebagai
berikut:
1. Fungsi Perencanaan
Seorang pemimpin perlu membuat perencanaan yang
menyeluruh bagi organisasi dan bagi diri sendiri selaku penanggung jawab
tercapainya tujuan organisasi.
Manfaat – manfaat tersebut antara lain:
a. Perencanaan
merupakan hasil pemikiran dan analisa situasi dalam pekerjaanuntuk memutuskan
apa yang akan dilakukan
b. Perencanaan
berarti pemikiran jauh ke depan disertai keputusan – keputusan yang berdasarkan
atas fakta – fakta yang diketahui
c. Perencanaan
berarti proyeksi atau penempatan diri ke situasi pekerjaan yang akan dilakukan
dan tujuan atau target yang akan dicapai.
Perencanaan meliputi dua hal, yaitu:
a. Perencanaan
tidak tertulis yang akan digunakan dalam jangka pendek, pada keadaan darurat,
dan kegiatan yang bersifat terus menerus.
b. Perencanaan
tertulis yang akan digunakan untuk menentukan kegiatan – kegiatan yang akan
dilakukan atas dasar jangka panjang dan penentukan prosedur – prosedur yang
diperlukan.
Setiap rencana yang baik akan berisi:
a. Maksud
dan tujuan yang tetap dan dapat dipahami
b.
Penggunaan sumber – sumber enam M secara tepat
c. Cara dan
prosedur untuk mencapai tujuan tersebut
2. Fungsi memandang ke depan
Seorang pemimpin yang senantiasa memandang ke depan
berarti akan mampu mendorong apa yang akan terjadi serta selalu waspada
terhadap kemungkinan. Hal ini memberikan jaminan bahwa jalannya proses
pekerjaan ke arah yang dituju akan dapat berlangusng terus menerus tanpa
mengalami hambatan dan penyimpangan yang merugikan. Oleh sebab seorang pemimpin
harus peka terhadap perkembangan situasi baik di dalam maupun diluar organisasi
sehingga mampu mendeteksi hambatan-hambatan yang muncul, baik yang kecil maupun
yang besar.
3. Fungsi pengembangan loyalitas
Pengembangan kesetiaan ini tidak saja diantara
pengikut, tetapi juga unutk para pemimpin tingkat rendah dan menengah dalam
organisai. Untuk mencapai kesetiaan ini, seseorang pemimpin sendiri harus
memberi teladan baik dalam pemikiran, kata-kata, maupun tingkah laku sehari –
hari yang menunjukkan kepada anak buahnya pemimpin sendiri tidak pernah
mengingkari dan menyeleweng dari loyalitas segala sesuatu tidak akan dapat
berjalan sebagaimana mestinya.
4. Fungsi Pengawasan
Fungsi pengawasan merupakan fungsi pemimpin untuk
senantiasa meneliti kemampuan pelaksanaan rencana. Dengan adanya pengawasan
maka hambatan – hambatan dapat segera diketemukan, untuk dipecahkan sehingga
semua kegiatan kembali berlangsung menurut rel yang elah ditetapkan dalam
rencana .
5. Fungsi mengambil keputusan
Pengambilan keputusan merupakan fungsi kepemimpinan
yang tidak mudah dilakukan. Oleh sebab itu banyak pemimpin yang menunda untuk
melakukan pengambilan keputusan. Bahkan ada pemimpin yang kurang berani
mengambil keputusan. Metode pengambilan keputusan dapat dilakukan secara
individu, kelompok tim atau panitia, dewan, komisi, referendum, mengajukan usul
tertulis dan lain sebagainya.
6. Fungsi memberi motivasi
Seorang pemipin perlu selalu bersikap penuh
perhatian terhadap anak buahnya. Pemimpin harus dapat memberi semangat,
membesarkan hati, mempengaruhi anak buahnya agar rajinbekerja dan menunjukkan
prestasi yang baik terhadap organisasi yang dipimpinnya. Pemberian anugerah
yang berupa ganjaran, hadiah, piujian atau ucapan terima kasih sangat
diperlukan oleh anak buah sebab mereka merasa bahwa hasil jerih payahnya
diperhatikan dan dihargai oleh pemimpinnya.
Di lain pihak, seorang pemimpin harus berani dan
mampu mengambil tindakan terhadap anak buahnya yang menyeleweng, yang malas dan
yang telah berbuat salah sehingga merugikan organisasi, dengan jalan memberi
celaan, teguran, dan hukuman yang setimpal dengan kesalahannya. Untuk
melaksanakan fungsi fungsi ini sebaik- baiknya, seorang pemimpin perlu
menyelenggarakan daftar kecakapan dan kelakuan baik bagi semua pegawai sehingga
tercatat semua hadiah maupun hukuman yang telah diberikan kepada mereka.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar
kepemimpinan dapat berperan dengan baik, antara lain:
1. Yang
menjadi dasar utama dalam efektivitas kepemimpinan bukan pengangkatan atau
penunjukannya, melainkan penerimaan orang lain terhadap kepemimpinan yang
bersangkutan
2. Efektivitas
kepemimpinan tercermin dari kemampuannya untuk tumbuh dan berkembang
3. Efektivitas
kepemimpinan menuntut kemahiran untuk “membaca” situasi
4. Perilaku
seseorang tidak terbentuk begitu saja, melainkan melalui pertumbuhan dan
perkembangan
5. Kehidupan
organisasi yang dinamis dan serasi dapat tercipta bila setiap anggota mau
menyesuaikan cara berfikir dan bertindaknya untuk mencapai tujuan organisasi.
B. Korelasi Kepemimpinan Dalam Islam
Kepemimpinan
Islam adalah kepemimpinan yang berdasarkan hukum Allah. Oleh karena itu,
pemimpin haruslah orang yang paling tahu tentang hukum Ilahi. Setelah para imam
atau khalifah tiada, kepemimpinan harus dipegang oleh para faqih yang memenuhi
syarat-syarat syariat. Bila tak seorang pun faqih yang memenuhi syarat, harus
dibentuk ‘majelis fukaha’.” Sesungguhnya, dalam Islam, figur pemimpin ideal
yang menjadi contoh dan suritauladan yang baik, bahkan menjadi rahmat bagi
manusia (rahmatan linnas) dan rahmat bagi alam (rahmatan lil’alamin) adalah
Muhammad Rasulullah Saw., sebagaimana dalam firman-Nya :
“Sesungguhnya telah ada pada (diri)
Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap
(rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”
(QS. Al-Ahzab [33]: 21).
Sebenarnya,
setiap manusia adalah pemimpin, minimal pemimpin terhadap seluruh metafisik
dirinya. Dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban atas segala
kepemimpinannya. Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam sabda Rasulullah Saw., yang
maknanya sebagai berikut : “Ingatlah! Setiap kamu adalah pemimpin dan akan
dimintai pertanggung jawaban tentang kepemimpinannya, seorang suami adalah
pemimpin keluarganya dan ia akan dimintai pertanggung jawaban tentang
kepemimpinannya, wanita adalah pemimpin bagi kehidupan rumah tangga suami dan
anak-anaknya, dan ia akan dimintai pertanggung jawaban tentang kepemimpinannya.
Ingatlah! Bahwa kalian adalah sebagai pemimpin dan akan dimintai pertanggung
jawaban tentang kepemimpinannya,” (Al-Hadits).
Kemudian,
dalam Islam seorang pemimpin yang baik adalah pemimpin yang memiliki
sekurang-kurangnya 4 (empat) sifat dalam menjalankan kepemimpinannya, yakni :
Siddiq, Tabligh, Amanah dan Fathanah (STAF):
1.
Siddiq (jujur)
sehingga ia dapat dipercaya;
2.
Tabligh
(penyampai) atau kemampuan berkomunikasi dan bernegosiasi;
3.
Amanah
(bertanggung jawab) dalam menjalankan tugasnya;
4.
Fathanah
(cerdas) dalam membuat perencanaan, visi, misi, strategi dan
mengimplementasikannya.
Selain itu,
juga dikenal ciri pemimpin Islam dimana Nabi Saw pernah bersabda: “Pemimpin
suatu kelompok adalah pelayan kelompok tersebut.” Oleh sebab itu, pemimpin
hendaklah ia melayani dan bukan dilayani, serta menolong orang lain untuk maju.
Dr. Hisham
Yahya Altalib (1991 : 55), mengatakan ada beberapa ciri penting yang
menggambarkan kepemimpinan Islam yaitu :
1.
Pertama,
Setia kepada Allah. Pemimpin dan orang yang dipimpin terikat dengan kesetiaan
kepada Allah;
2.
Kedua,
Tujuan Islam secara menyeluruh. Pemimpin melihat tujuan organisasi bukan saja
berdasarkan kepentingan kelompok, tetapi juga dalam ruang lingkup kepentingan
Islam yang lebih luas;
3.
Ketiga,
Berpegang pada syariat dan akhlak Islam. Pemimpin terikat dengan peraturan
Islam, dan boleh menjadi pemimpin selama ia berpegang teguh pada perintah
syariah. Dalam mengendalikan urusannya ia harus patuh kepada adab-adab Islam,
khususnya ketika berurusan dengan golongan oposisi atau orang-orang yang tak
sepaham;
4.
Keempat,
Pengemban amanat. Pemimpin menerima kekuasaan sebagai amanah dari Allah Swt.,
yang disertai oleh tanggung jawab yang besar. Al-Quran memerintahkan pemimpin
melaksanakan tugasnya untuk Allah dan menunjukkan sikap yang baik kepada
pengikut atau bawahannya.
Dalam
Al-Quran Allah Swt berfirman :
“(yaitu) orang-orang yang jika
kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan shalat,
menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma’ruf dan mencegah dari perbuatan yang
mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.” (QS. al-Hajj [22]:41).
Hal lain yang perlu diperhatikan
adalah adanya prinsip-prinsip dasar dalam kepemimpinan Islam yakni :
Musyawarah; Keadilan; dan Kebebasan berfikir. Secara ringkas penulis ingin
mengemukakan bahwasanya pemimpin Islam bukanlah kepemimpinan tirani dan tanpa
koordinasi. Tetapi ia mendasari dirinya dengan prinsip-prinsip Islam.
Bermusyawarah dengan sahabat-sahabatnya secara obyektif dan dengan penuh rasa
hormat, membuat keputusan seadil-adilnya, dan berjuang menciptakan kebebasan
berfikir, pertukaran gagasan yang sehat dan bebas, saling kritik dan saling
menasihati satu sama lain sedemikian rupa, sehingga para pengikut atau bawahan
merasa senang mendiskusikan persoalan yang menjadi kepentingan dan tujuan
bersama. Pemimpin Islam bertanggung jawab bukan hanya kepada pengikut atau
bawahannya semata, tetapi yang jauh lebih penting adalah tanggung jawabnya
kepada Allah Swt. selaku pengemban amanah kepemimpinan. Kemudian perlu dipahami
bahwa seorang muslim diminta memberikan nasihat bila diperlukan, sebagaimana
Hadits Nabi dari :Tamim bin Aws meriwayatkan bahwasanya Rasulullah Saw. pernah
bersabda: “Agama adalah nasihat.” Kami berkata: “Kepada siapa?” Beliau
menjawab: “Kepada Allah, Kitab-Nya, Rasul-Nya, Pemimpin umat Islam dan kepada
masyarakat kamu.”
C. Hakekat Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan adalah tindakan pemilihan
alternatif. Hal ini berkaian dengan fungsi manajemen. Misalnya, saat manajer
merencanakan, mengelola, mengontrol, mereka membuat keputusan. Akan tetapi,
ahli teori klasik tidak menjelaskan pengambilan keputusan tersebut secara umum.
Pelopor teori manajemen seperti Fayol dan Urwick membahas pengambilan keputusan
mengenai pengaruhnya pada delegasi dan otoritas, sementara bapak
manajemen-Frederick W. Taylor- hanya menyinggung metode ilmiah sebagai
pendekatan untuk pengambilan keputusan. Seperti kebanyakan aspek teori
organisasi modern, analisis awal pengambilan keputusan dapat ditelusuri pada
Chester Barnard. Dalam The Functions of the Exec Barnard memberikan analisis
komprehensif mengenai pengambilan keputusan menyatakan "Proses keputusan
... merupakan teknik untuk mempersempit pilihan."
D. Pendekatan-pendekatan dalam kepemimpinan
1. Pendekatan terhadap kepemimpinan
Yaitu untuk mengetahui
sampai sejauh mana seseorang sebagai pemimpin atau mempunyai bakat kepemimpinan
sudah banyak diusahakan usaha-usaha untuk mendekati.
2. Pendekatan ditinjau dari sifat
Perlu disadari bahwa factor
kepemimpinan berhubungan dengan factor lainnya terutama factor lingkungan dan
situasi. Dalam arti pola kepemimpinan dalam situasi damai berbeda dengan pola
kepemimpinan pada waktu perang.
3. Pendekatan di pengaruhi bidang
Setiap lingkungan hidup mempunyai
perbedaan baik dalam kebiasaan sikap dan cara hidup lingkungan hidup. Hal yang
mempengaruhi ialah perbedaan generasi mempunyai aspirasi-aspirasi, pola-pola
berfikir dan keinginan yang berbeda dalam hal ini menuntut adanya pola
kepemimpinan yang berbeda yang membedakan lingkungan situasi dan generasi jaman
dahulu dan sekarang sangat berbeda.
4. Pendekatan ditinjau dari situasi
Menciptakan cara-cara
baru mencari pemimpin. Pengikut teori ini beranggapan unsure-unsur gaya bahasa
kecerdasan, kestabilan dan kegiatan-kegiatan adalah penting. Langkah yang
ditempuh adalah menempatkan calon dalam suatu kelompok percobaan yang
diusahakan serealistis mungkin. Kemudian diamati bagaimana tindakannya baik
dalam mempertahankan pendekatannya mengatasi kesukaran-kesukaran yang dihadapi
serta bagaimana keuletan danemosinya.
6. Pendekatan berdasarkan pengikut
Karena kelemahan
pendekatan secara sifat dan situasi, akibatnya F.H. Sanford mengambil
kesimpulan bahwa adanya pengikut merupakan factor penting dan menunjukkan
gejala adanya bakat-bakat kepemimpinan pada seseorang meu mengikuti orang lain
karena merasa ada kepuasan baik secara fisik maupun secara psikis. Secara fisk
yaitu mereka merasa aman dan nyaman dan secara psikis mereka merasakan rasa
puas dalam jiwa.
Dalam
setiap realitasnya bahwa pemimpin dalam melaksanakan proses kepemimpinannya
terjadi adanya suatu permbedaan antara pemimpin yang satu dengan yang lainnya,
hal sebagaimana menurut G. R. Terry yang dikutif Maman Ukas, bahwa pendapatnya
membagi tipe-tipe kepemimpinan menjadi 6, yaitu :
1.
Tipe kepemimpinan pribadi (personal
leadership). Dalam system kepemimpinan ini, segala sesuatu tindakan itu dilakukan
dengan mengadakan kontak pribadi. Petunjuk itu dilakukan secara lisan atau
langsung dilakukan secara pribadi oleh pemimpin yang bersangkutan.
2.
Tipe kepemimpinan non pribadi (non
personal leadership). Segala sesuatu kebijaksanaan yang dilaksanakan melalui
bawahan-bawahan atau media non pribadi baik rencana atau perintah juga
pengawasan.
3.
TIpe kepemimpinan otoriter
(autoritotian leadership). Pemimpin otoriter biasanya bekerja keras,
sungguh-sungguh, teliti dan tertib. Ia bekerja menurut peraturan-peraturan yang
berlaku secara ketat dan instruksi-instruksinya harus ditaati.
4.
Tipe kepemimpinan demokratis
(democratis leadership). Pemimpin yang demokratis menganggap dirinya sebagai
bagian dari kelompoknya dan bersama-sama dengan kelompoknya berusaha
bertanggung jawab tentang terlaksananya tujuan bersama. Agar setiap anggota
turut bertanggung jawab, maka seluruh anggota ikut serta dalam segala kegiatan,
perencanaan, penyelenggaraan, pengawasan, dan penilaian. Setiap anggota
dianggap sebagai potensi yang berharga dalam usahan pencapaian tujuan.
5.
Tipe kepemimpinan paternalistis
(paternalistis leadership). Kepemimpinan ini dicirikan oleh suatu pengaruh yang
bersifat kebapakan dalam hubungan pemimpin dan kelompok. Tujuannya adalah untuk
melindungi dan untuk memberikan arah seperti halnya seorang bapak kepada
anaknya.
6.
Tipe kepemimpinan menurut bakat
(indogenious leadership). Biasanya timbul dari kelompok orang-orang yang
informal di mana mungkin mereka berlatih dengan adanya system kompetisi,
sehingga bisa menimbulkan klik-klik dari kelompok yang bersangkutan dan
biasanya akan muncul pemimpin yang mempunyai kelemahan di antara yang ada dalam
kelempok tersebut menurut bidang keahliannya di mana ia ikur berkecimpung.
E. Peran Kepemimpinan Dalam Pengambilan Keputusan
Kepemimpinan seseorang dalam sebuah organisasi
sangat besar perannya dalam setiap pengambilan keputusan, sehingga membuat
keputusan dan mengambil tanggung jawab terhadap hasilnya adalah salah satu
tugas pemimpin. Sehingga jika seorang pemimpin tidak mampu membuat keputusan,
seharusnya dia tidak dapat menjadi pemimpin.
Dilain hal, pengambilan keputusan dalam tinjauan
perilaku mencerminkan karakter bagi seorang pemimpin. Oleh sebab itu, untuk
mengetahui baik tidaknya keputusan yang diambil bukan hanya dinilai dari konsekuensi
yang ditimbulkannya. Melainkan melalui berbagai pertimbangan dalam prosesnya.
Kegiatan pengambilan keputusan merupakan salah satu bentuk kepemimpinan,
sehingga:
1. Teori
keputusan meupakan metodologi untuk menstrukturkan dan menganalisis situasi yang
tidak pasti atau berisiko, dalam konteks ini keputusan lebih bersifat
perspektif daripada deskriptif
2. Pengambilan
keputusan adalah proses mental dimana seorang manajer memperoleh dan
menggunakan data dengan menanyakan hal lainnya, menggeser jawaban untuk menemukan
informasi yang relevan dan menganalisis data; manajer, secara individual dan
dalam tim, mengatur dan mengawasi informasi terutama informasi bisnisnya
3. Pengambilan
keputusan adalah proses memlih di antara alternatif-alternatif tindakan untuk
mengatasi masalah.
Dalam pelaksanaannya, pengambilan keputusan dapat
dilihat dari beberapa aspek, yaitu: proses dan gaya pengambilan
keputusan.
1. Proses pengambilan keputusan
Prosesnya dilakukan melalui beberapa tahapan
seperti:
a. Identifikasi
masalah
b. Mendefinisikan
masalah
c. Memformulasikan
dan mengembangkan alternative
d. Implementasi
keputusan
e. Evaluasi
keputusan
2. Gaya pengambilan keputusan
Selain proses pengambilan keputusan, terdapat juga
gaya pengambilan keputusan. Gaya adalah lear habit atau kebiasaan yang
dipelajari.
Gaya pengambilan keputusan merupakan kuadran yang
dibatasi oleh dimensi:
1. Cara berpikir, terdiri dari:
a. Logis dan rasional; mengolah informasi secara
serial
b. Intuitif dan kreatif; memahami sesuatu secara
keseluruhan.
2. Toleransi terhadap ambiguitas
a. Kebutuhan
yang tinggi untuk menstruktur informasi dengan cara meminimalkan ambiguitas
b. Kebutuhan
yang rendah untuk menstruktur informasi, sehingga dapat memproses banyak
pemikiran pada saat yang sama.
Pengambilan keputusan merupakan fungsi kepemimpinan
yang tidak mudah dilakukan. Oleh sebab itu banyak pemimpin yang menunda untuk
melakukan pengambilan keputusan. Bahkan ada pemimpin yang kurang berani
mengambil keputusan. Metode pengambilan keputusan dapat dilakukan secara
individu, kelompok tim atau panitia, dewan, komisi, referendum, mengajukan usul
tertulis dan lain sebagainya.
Dalam setiap pengambilan keputusan selalu
diperlukan kombinasi yang sebaik-baiknya dari :
a. Perasaan,
firasat atau intuisi
b. Pengumpulan,
pengolahan, penilaian dan interpretasi fakta-fakta secara rasional –
sistematis.
c. Pengalaman
baik yang langusng maupun tidak langsung.
d. Wewenang
formal yang dimiliki oleh pengambil keputusan.
Dalam pengambilan keputusan seorang pemimpin dapat
menggunakan metode – metode sebagai berikut:
a. Keputusan–keputusan
yang sifatnya sederhana individual artinya secara sendirian.
b. Keputusan–keputusan
yang sifatnya seragam dan diberikan secara terus menerus dapat diserahkan
kepada orang – orang yang terlatih khusus untuk itu atau dilakukan dengan
menggunakan komputer.
c. Keputusan–keputusan
yang bersifat rumit dan kompleks dalam arti menjadi tanggung jawab masyarkat
lebih baik diambil secara kelompok atau majelis.
Keputusan-keputusan yang bersifat rumit dan
kompleks sebab masalahnya menyangkut perhitungan–perhitungan secara teknis agar
diambil dengan bantuan seorang ahli dalam bidang yang akan diambil
keputusannya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengambilan keputusan adalah tindakan pemilihan
alternatif. Hal ini berkaian dengan fungsi manajemen. Menurut Herbert A. Simon,
ahli teori keputusan dan organisasi mengonseptualisasikan tiga tahap utama
dalam proses, pengambilan keputusan:
(1) Aktivitas inteligens
(2) Aktivitas desain
(3) Aktivitas memilih
Tahap ketiga dan terakhir ini merupakan pilihan sebenarnya-memilih
tindakan tertentu dari yang tersedia. Sedangkan Mintzberg dan koleganya
mengemukakan tentang langkah-langkah pengambilan keputusan, yaitu:
(1) Tahap identifikasi
(1) Tahap identifikasi
(2) Tahap pengembangan
(3) Tahap seleksi.
Pemimpin adalah seseorang yang melaksanakan
beberapa hal yang benar atau sering disebut “people who do the right thing”.
Sementara manajer adalah seseorang yang harus melaksanakan sesuatu secara benar
atau disebut “people who do things right”. Kepemimpinan seseorang dalam sebuah
organisasi sangat besar perannya dalam setiap pengambilan keputusan, sehingga
membuat keputusan dan mengambil tanggung jawab terhadap hasilnya adalah salah
satu tugas pemimpin. Sehingga jika seorang pemimpin tidak mampu membuat
keputusan, seharusnya dia tidak dapat menjadi pemimpin.
Salah satu peran kepemimpinan yang harus dijalankan
oleh seorang pemimpin adalah peran membangkitkan semangat kerja. Peran ini
dapat dijalankan dengan cara memberikan pujian dan dukungan. Pujian dapat
diberikan dalam bentuk penghargaan dan insentif. Sebagai sumber inspirasi,
seorang pemimpin tidak hanya menunjukkan dalam kata dan ucapan saja, melainkan
juga tindakan dan perilaku sehari-hari. Orang berharap seorang pemimpin yang
menunjukkan optimisme, segar, antusias, energik, dan berpikir positif pada masa
depan. Kepemimpinan yang inspiratif memberikan banyak orang kemampuan untuk
menggali makna dan menemukan tujuan hidup.
B. Saran
Hendaknya pembaca jika menjadi seorang pemimpin
dalam suatu organisasi dapat mengambil keputusan yang tepat dan menerapkan gaya
kepmimpinan sesuai dengan situasi dengan berbagai pertimbangan yang telah
diperhutungkan secara matang.
DAFTAR
PUSTAKA
Al-Qur’an
Surat Al-Ahzab [33:21]
Al-Qur’an
Surat Al-Hajj [22:41]
Dosen Hasbullah, SE. MM. Pengantar Manajemen. Perguruan Tinggi
Umitra Lampung tahun 2013.
http://www.tugasku4u.com/2013/06/makalah-kepemimpinan.html diakses pada hari senin 16 desember 2013
pukul 08.15 WIB
http://berkarya.um.ac.id/2011/05/01/pemimpinan-dan-kepemimpinan-menurut-islam/ diakses pada hari selasa 17 desember
2013 pukul 05.30 WIB.
0 komentar:
Posting Komentar